"Aku gabung IOC," kata Mari sambil kedua jempolnya menari lincah di atas layar. Kakinya bergerak - gerak di atas seprei yang kusut.
"Apa, kamu bilang apa?" Laki - laki yang tengkurap di samping Mari bangun, lalu duduk menyandar di sebelahnya ikut menatap layar hp Mari.
"Aku ... gabung IOC." Ulang Mari sambil mendekatkan layar hp ke wajah lelaki di sampingnya. Laki - laki itu mengernyit. Lalu kembali ke posisi tengkurapnya dan menatap hpnya sendiri.
"Kenapa, kamu nggak suka."
"Kamu masih aja suka begituan dari dulu. Kamu kan udah gede Mari." Suara lelaki itu datar dan tak acuh. Membuat Mari merasa tidak enak.
"Ya kenapa kalo aku udah gede, kamu juga masih suka main motor kan. " Balas Mari sambil memandang punggung si lelaki.
"Yakan itu emang mainan orang gede." Laki - laki itu menjawab tanpa menoleh.
Entah kenapa Mari merasa jengkel sekali. Dengan sengaja ia mengangkat kakinya, dan menjepit pinggang yang tertutup kaos polo warna biru dengan jari kakinya.
"Aah ... aah sakit tahu."
"Biarin, kamu sih ngeselin." Dengan sengaja ia menendang pantat laki - laki itu lalu beranjak meninggalkan kamar.
"Kemana?"
Mari hanya menggoyangkan pantatnya sebagai balasan.
***
Rania : Ada temen baru nih
Katia : Isi form dulu dong
Katia : Form mana form?
Azzam : Bentar ...
MariChi: Halo kaka namaku Mari
Nico : Mari chwaaaan 💕💕
BukanWota : Nama panjangnya siapa? Almari? 😂
IstianaRahma : 😂
Azzam : Tuh isi dulu formya ...
Mari : Oke ka bentar
Azzam : Jangan panggil kaka dong
Mari :
Nama : Mariyuana
Alamat : Jalan H. Asnawi RT 03 RW 05 Bekasi
Hobby : Makan bakso, nelen air mata, nonton anime
Alasan masuk IOC : Penasaran sama hijab cosplay
Makanan favorit : Air mata dan air hujan
Zakiy : Namanya Mariyuana? 😱
IstianaRahma : Mariyuana? 😱
Rania : Mariyuana nande? 😵
Mari : Err ... Aku bisa jelaskan 😓
***
Mari mengakhiri chatnya dengan tersenyum. Ia beranjak menengok Ranu di kamarnya, lalu berlalu ke ruang tamu.
Ia duduk di sofa lalu termenung. Sudah lama sekali hubungannya dengan Ranu. Seminggu lagi adalah aniversari ke lima tahun hubungan mereka. Rasanya sudah seperti keluarga. Mari tidak pernah membayangkan hidup tapa Ranu di dalamnya.
Meskipun kadang ia menyebalkan dan egois seperti tadi. Meski sudah lama Mari menyukai hal - hal berbau Jepang, tapi Ranu tak pernah mau mengerti.
" Nggak papalah, namanya juga udah sayang." Mari mengakhiri renungannya dengan menepuk pahanya sendiri, lalu beranjak menemui Ranu. Yang sudah tertidur di kasur Mari.