Selasa, 06 September 2011

Let's Talk About Marriage (again)



Assalamualaikum....
Pengumuman saya sedang galau. Ini hanya galau ringan, tapi disarankan untuk membaca curhatan saya dengan penuh perhatian. Karena keinginan orang galau hanya ingin diperhatikan. *ohjujurnya BTW saya udah pernah cerita soal marriage kan sebelumnya. Tapi saya belum ceritakan mengapa saya begitu terobsesi dengan pernikahan .........dini.



Awalnya, ketika saya kelas 6 SD (parah) saya membaca buku karya Izzatul Janna ft Rabi'ah Aladawiyah, bertajuk Diary Pengantin. Buku itu menceritakan awal-awal Izzatul Jannah membangun rumah tangga bersama suaminya dan awal mereka ta'aruf. Tapi yang membuat saya terobsesi adalah cerita Robi'ah Al-adawiyah yang mengutarakan ia siap menikah pada bapaknya. Usianya relatif muda 23 tahun. Dan quote favorit saya adalah ketika Robi'ah membaca visi misi yang tertera di proposal calon suaminya saat ta'aruf, yaitu

"Menikahlah, karena menikah adalah sunnah yang bersejarah"

Sejak saat itu saya bermimpi untuk menikah sejak usia muda, dengan suami yang juga berusia muda tentunya!! Apa lagi saat itu juga sedang booming buku karya Haikal Siregar putra Pipiet Senja yang menikah di usia 19 tahun dengan pasangannya yang sebaya. Kalo ga salah judul bukunya 'Nikah Dini Kereeen'.



So i'm getting mad with young marriage!!

Akhir SD sampai awal SMP saya terus memikirkannya. Tentang seperti apa pernikahan itu, hingga pria idaman saya yang akan jadi suami saya nantinya. Dalam bayangan saya, suami saya adalah pria muda sebaya saya. Dia haruslah sholeh, aktivis dakwah dan tampan. Dia juga harus baik dan ramah pada saya. Jadi kita akan bekerja sama sebagai sahabat seumur hidup, bukan hanya atasan dan bawahan.



Mimpi-mimpi tentang pernikahan dini itu terus memenuhi angan-angan saya hingga akhir SMP. Jadi seolah-olah saya telah memikirkan dengan matang seperti apa gambaran pernikahan saya nanti, juga kehidupan rumah tangga saya.
Kami akan menjlankan konsep rumah tangga islami bersama-sama. Kami kan bergandengan tangan saling membantu. Saya adalah tipe gadis yang slengekan dan sangat spontan. Jadi saya selalu membayangkan suami saya nantinya adalah teman saya, yang saya akan ngobrol dengannya ketika hati saya gundah. Tidak ada rasa sungkan ataupun hormat yang berlebihan.
Saya juga sangat fleksibel. Jadi tidak masalah apapun pekerjaan suami saya nantinya, ataukah kami harus tinggal berjauhan. Karena kita menikah dan akan saling mencintai karena Allah, bukan sekedar a temporary passion. Jadi saya terus membayangkan diri saya sebagai seorang wanita dan seorang lelaki shaleh di samping saya hingga masa-masa transisi saya datang dan menggoyahkan angan-angan saya.
Kenaikan kelas menuju SMA saya tinggal di rumah bersama keluarga saya. Ibu saya adalah orang yang sangat terbuka. Beliau terbiasa untuk mendiskusikan segala sesuatu bersama saya, termasuk soal rumah tangga. Kami berdikusi tentang Bapak saya, tentang om saya, juga tentang para suami binaannya yang kerap curhat padanya. Saya mulai benar-benar berpikir sebagai wanita dewasa. Beyond everything...Ibu saya mengajak saya menyelami pikiran para lelaki dan mencoba mempelajarinya. Saya mengumpulkan banyak kata 'ternyata' di benak saya. Dan saya segera menjadi wanita dewasa yang kuat, penuh pertahanan dan kekanakan sekaligus. Tapi semua 'ternyata' itu mempengaruhi 'obsesi pernikahan dini' saya. Karena ternyata, tidak ada lelaki dewasa yang hanif, sholeh dan cukup bertanggung jawab di usia sebaya saya!!*patahhati
jadi saya mulai mengubur obsesi kronis saya perlahan-lahan. Saya bahkan mulai belajar membayangkan saya akan menikah di usia 30 tahun!! Wow ekstrem... Hingga suatu hari seseorang datang. Dia juga sama gilanya dengan saya, dengan obsesi nikah dininya yang juga kronis. Angan-angan sayapun kembali ketempatnya semula, berada di sela-sela pikiran saya. Sekarang...setelah angan-angan gila dan naif saya kembali, akankah dia datang sesuai ekspektasi saya? Lelaki berusia belia yang sholeh, hanif, ramah, baik hati dan tidak sombong, adakah??? Allah'alam

*saya pikir saya na'if...apakah anda setuju?

2 komentar:

  1. ampun dah mba tika kayaknya terobsesi sama masa sd atau gimana sih??sampe kepengen banget menikah...hahaha

    BalasHapus
  2. ahhh....ini bukan masalah SDnya Fi'ah!! Ini karena bukunya Izzatul Jannah faham ga sih kamu!!

    BalasHapus

Silakan kalian mo komentar apa aja boleh! silahkan suka-suka aja, tapi ntar kalo aku gigit....ga tanggung sama sekali!!!!