Rabu, 13 Mei 2015

Peta




Ia tidak tahu berada di mana. Ia membalik halaman buku tebal di tangannya dengan tak sabar. Namun ia masih tak tahu berada dimana. Ia merasa sudah mencatat semuanya di buku ini.
 “Aaaaaah…” Gedebuk!
Reno terbangun di lantai penginapan yang hangat. Ia mengusap dahinya yang berkeringat sambil mengumpat. Ia benci Lampung! Panas! Lebih panas dari Jakarta. Gerutunya dalam hati.
 Dengan kesal ia mendorong  jendela terbuka. Tampak jalanan Tanjung Karang yang sibuk. Dengan kesal ia memandang sekitar lalu duduk di atas tempat tidurnya.
Reno suka ketenangan, aman dan stabil. Ia benci hal-hal baru, travelling, makanan baru. Ia juga benci membaca peta. Namun pencarian ini memaksanya berjalan jauh hingga ke Tanjung Karang, sebuah kecamatan di Bandar Lampung, gerbang masuk pulau Sumatera. Dan sepanjang perjalanannya nanti ia hanya ditemani sebuah buku tebal bersampul plastik ini.
“Buku apa ini Ren, tebel banget.” Tanya kakaknya sebelum ia pergi.
“Buka aja!” Jawab Reno sambil tersenyum.
Kakak Reno melongo menatap isi buku yang berisi tulisan tangan setebal lima ratus halaman itu.
“Ini peta?” Reno mengangguk sambil terus mengepak barang.
“Tapi lo kan benci peta Ren?”
“Ya makanya gue tulis sendiri!” Tukas Reno sambil mengambil buku tebal itu dari tangan Kakaknya dan melemparkannya ke dalam tas. Peta buatannya.


Jakarta Mei 2015

Tantangan menulis flash fiction sepanjang 200 kata Komunitas Islam Menulis,
(KIM)
Twitter : @kimenulis
Instagram : kimenulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan kalian mo komentar apa aja boleh! silahkan suka-suka aja, tapi ntar kalo aku gigit....ga tanggung sama sekali!!!!