Ia
tidak tahu berada di mana. Ia membalik halaman buku tebal di tangannya dengan
tak sabar. Namun ia masih tak tahu berada dimana. Ia merasa sudah mencatat
semuanya di buku ini.
“Aaaaaah…” Gedebuk!
Reno
terbangun di lantai penginapan yang hangat. Ia mengusap dahinya yang
berkeringat sambil mengumpat. Ia benci Lampung! Panas! Lebih panas dari Jakarta. Gerutunya dalam hati.
Dengan kesal ia mendorong jendela terbuka. Tampak jalanan Tanjung
Karang yang sibuk. Dengan kesal ia memandang sekitar lalu duduk di atas tempat
tidurnya.
Reno
suka ketenangan, aman dan stabil. Ia benci hal-hal baru, travelling, makanan baru. Ia juga benci membaca peta. Namun
pencarian ini memaksanya berjalan jauh hingga ke Tanjung Karang, sebuah
kecamatan di Bandar Lampung, gerbang masuk pulau Sumatera. Dan sepanjang
perjalanannya nanti ia hanya ditemani sebuah buku tebal bersampul plastik ini.
“Buku
apa ini Ren, tebel banget.” Tanya kakaknya sebelum ia pergi.
“Buka
aja!” Jawab Reno sambil tersenyum.
Kakak
Reno melongo menatap isi buku yang berisi tulisan tangan setebal lima ratus
halaman itu.
“Ini
peta?” Reno mengangguk sambil terus mengepak barang.
“Tapi
lo kan benci peta Ren?”
“Ya makanya gue
tulis sendiri!” Tukas Reno sambil mengambil buku tebal itu dari tangan Kakaknya
dan melemparkannya ke dalam tas. Peta buatannya.
Jakarta Mei 2015
Tantangan menulis flash fiction sepanjang 200 kata Komunitas Islam Menulis,
(KIM)
Twitter : @kimenulis
Instagram : kimenulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan kalian mo komentar apa aja boleh! silahkan suka-suka aja, tapi ntar kalo aku gigit....ga tanggung sama sekali!!!!