Rabu, 29 Desember 2010

Memaafkan Dengan Sempurna

SAKIT HATI merupakan situasi kejiwaan yg mungkin hampir dialami semua insan, entah itu karena pengabaian, penolakan ataupun hal hal sepele dalam satu kisah Cinta yang tak bersambut. Tidak jarang terjadi, silaturahmi yang terjalin sekian lama dan kian mendekat itu kemudian berubah menjadi sebuah api kecil yang merenggangkan sebuah jalinan ukhuwwah.

Iblis memang pintar, mereka menyelinap dalam egoisme, membuat kita merasa benar dan berhak atas kemarahan yang sebenarnya tidak perlu berkepanjangan itu, bahkan tidak jarang juga membuat kita terlupa atau mengabaikan beberapa kaidah kaidah keindahan hukum dalam Islam yg sempurna ini.

Saya tertarik untuk membahas kembali catatan lama ini karena terenyuh mendengar kisah seorang Ahwat yang dimusuhi rekan dakwahnya sendiri karena Cintanya tak bersambut? Si akhwat begitu menderita dengan kondisi demikian, kondisi semakin memburuk ketika sang Ikhwan yang faqih itu terus menyerang si akhwat dengan dalil dalil yang membuat si Akhwat terus merasa bersalah.

Adakah kaidah kaidah keilmuan dalam Islam bisa digunakan untuk kepentingan diri pribadi atau sekedar ingin memenangkan perspective sendiri?

Tidak demikian! Tidak mungkin seorang Hamba bisa Menipu Tuhannya.
Apapun bentuknya, dalam kondisi apapun dua muslim yang bermusuhan tetap berada dalam keadaan merugi, bahkan sangat sangat merugi karena terlepas dari ampunan Allah..

Allah akan menangguhkan pengampunan-Nya kepada dua jiwa yg tercemari permusuhan dan kebencian,..

“Semua amal manusia diperlihatkan (kepada Allah) pada setiap Jum’at (setiap pekan) dua kali; hari senin dan hari kamis. Maka setiap hamba yang beriman diampuni (dosanya) kecuali hamba yang di antara dirinya dengan saudaranya ada permusuhan. Difirmankan kepada malaikat :” tinggalkanlah atau tangguhkanlah (pengampunan untuk) dua orang ini sehingga keduanya kembali berdamai” (HR Muslim : 4/1988, Riwayat dari Abu Hurairah Ra)

Sebetulnya dalam hati hati yang lembut itu tersedia pasokan maaf, kemarahan itu hanya bergelora beberapa saat saja ketika iblis mempengaruhi emosi kita, saat pengaruh itu hilang akan ada bisikan nurani untuk memaafkan dan di ikuti sesal sesal...

Tapi kemudian, egoisme pemikiran kita menolaknya dan menjaga kebencian itu hingga menahun.
Sungguh, Islam mengajarkan kita untuk memaafkan dengan sempurna.

Bukan tidak ada konsekuensi di balik ajaran Islam yang indah, ada ketentuan dan batas batas yang harus kita patuhi. Dalam sebuah Al-Hadits Rasulullah telah memberi Ultimatum, bahwasaanya marah itu tidak boleh lebih dari tiga hari.

“Tidak halal seorang muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari, barang siapa memutuskan lebih dari tiga hari dan meninggal maka ia masuk neraka”

(HR Abu Dawud, 5/215, Shahihul Jami’ : 7635, Diriwayatkan dari Abu Hurairah)

Betapa indah makna yang tersembunyi di dalamnya. Jika kita renungi, seakan Islam telah memahami bahwasannya rasa marah itu ada, sehingga kita bisa saja marah dalam batas batas tertentu - tapi - di ikuti dengan konsekuensi jangan lebih dari tiga hari.

Dan konsekuensi itu tidak tanggung tanggung, yaitu berupa ancaman NERAKA YANG MENDIDIH jika ternyata dalam tiga hari itu salah satu dari kedua jiwa yang tidak rapih itu meninggal.

Masya Allah..
Betapa meruginya ketika kita membuat sakit hati seseorang lalu kita mengabaikan maaf sampai suatu hari kita terlupa dan orang yang kita putuskan persaudaraannya itu meninggal? Atau kita yang meninggal duluan...

“Barangsiapa memutus hubungan dengan saudaranya selama setahun maka ia seperti mengalirkan darahnya (membunuhnya) “

(HR Al Bukhari Dalam Adbul Mufrad no : 406, Shahihul Jami’: 6557 | Dari riwayat Abu khirasy Al Aslami Ra)

Betapa sadisnya..
Bayangkan jika yang kita musuhi itu keluarga kita, paman kita, adik kita, kakak kita, atau tidak jarang cerita anak sama mamah atau ayah sendiri ?

Apa yang Harus Kita Lakukan?



ISLAM MENGAJARKAN KITA MEMAAFKAN DENGAN SEMPURNA,

Lupakan siapa yang bersalah atau siapa yg harusnya minta maaf. lembutkan hati dan ulurkan maaf, karena minta maaf tidak akan merugikan amal dan harta kita ^_^

Tidak ada pilihan, karena hukum telah jelas dan Islam telah sempurna. Kita harus segera bertaubat kepada Allah, dan bersilaturrahim kepada orang yg kita putuskan tali persaudaraannya dengan terlebih dahulu memberinya salam.

“Tidak halal bagi seorang laki-laki memutuskan hubungan saudaranya lebih dari tiga malam. Saling berpapasan tapi yang ini memalingkan muka dan yang itu (juga) membuang muka. Yang terbaik di antara keduanya yaitu yang memulai salam”
(HR Bukhari, Fathul Bari : 10/492 | Diriwayatkan dari Abu Ayyub Ra)


Ketika kita telah melembutkan hati dan mengulurkan tangan kemudian dia menolak, maka kita telah lepas dari tanggungan dosa, dan orang yang menolak uluran maaf kita tetap berdosa dan tidak lepas dari ancaman Neraka Allah..

Bersegeralah,
Lembutkan hati kita dan hempaskan kebencian yang masih tersisa, ingat rasa berat dan angkuh itu adalah dari bisikan bisikan Iblis yang sedang meracuni fikiran dan hati kita.

Meminta maaf tidak akan pernah merugikan amal kita ;)

Dalam hal ini harus saya sertakan juga, tentang sebuah kondisi yang dibolehkan syariat bahwasannya seorang muslim/muslimat boleh menjauhi saudaranya dalam beberapa kondisi dan ada alasan yang dibenarkan, seperti karena ia meninggalkan shalat, atau terus menerus melakukan maksiat sedang pemutusan hubungan itu berguna bagi yang bersangkutan; misalnya membuatnya kembali kepada kebenaran.

Semoga bermanfaat,
Jangan dianggap dakwah, hanya dalam rangka mempererat tali silaturahim diantara kita. semoga kita selalu menjadi hambanya yang cendrung kepada syukur dan berbahagia di Dunia dan Akhirat.

credits: Nurdin AlIndunisiy via facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan kalian mo komentar apa aja boleh! silahkan suka-suka aja, tapi ntar kalo aku gigit....ga tanggung sama sekali!!!!